Total Pageviews

Monday, October 15, 2012

ISLAMIC FINANCE: Bank Dunia & IDB Sepakati Nota Kesepahaman


Bisnis Indonesia

Compact_syariah__3_
JAKARTA: Bank Dunia (World Bank/WB) dan Bank Pembangunan Islam (Islamic Development Bank/IDB) menandatangani nota kesepahaman (memorandum of understanding/MoU) dalam menetapkan kerangka untuk kolaborasi dan mendukung pengembangan keuangan syariah (Islamic finance).

Siaran pers Bank Dunia yang diterima di Jakarta, Senin, menyebutkan bahwa kesepakatan yang dibuat WB dan IDB menyetujui landasan dialog internasional tentang keuangan syariah sebagai perangkat potensial untuk pertumbuhan yang inklusif dan berkelanjutan.

Presiden IDB,  Ahmad Mohamed Ali, dan Managing Director WBr Mahmoud Mohieldin, menandatangani MoU di Tokyo, Jepang, pada Minggu (14/10), bertujuan yang sama untuk mendorong, mendukung, dan mempelajari pengembangan keuangan syariah secara global.

MoU itu mengadopsi sejumlah prinsip, seperti saling membagi pengetahuan untuk mengidentifikasi dan menyebarkan praktik yang tepat dalam industri jasa keuangan syariah, serta menyuburkan gagasan yang akan mendorong pengembangan keuangan syariah yang penting untuk pertumbuhan, efisien dan inklusi finansial.

Selain itu, MoU tersebut juga mendorong riset dan mempromosikan kesadaran kerangka manajemen risiko yang sesuai untuk lembaga keuangan syariah pada khususnya dan industri keuangan syariah pada umumnya, serta membangun kapasitas dalam industri jasa keuangan syariah dengan maksud mendukung stabilitas finansial dan mempromosikan peningkatan akses terhadap jasa keuangan syariah di pasar di seluruh dunia.

Mahmoud Mohieldin menekankan pentingnya MoU itu untuk meningkatkan pembangunan kapasitas dan saling membagi pengetahuan antara dua lembaga tersebut.

"MoU yang ditandatangani antara IDB dan WB akan membantu memperdalam pemahaman tentang keuangan syariah, dan membangun kapasitas untuk mengembangkan lembaga dan instrumen untuk mendukung pertumbuhan inklusif yang berkelanjutan, dan membantu masyarakat guna mencapai sasaran pembangunan dengan penekanan pada pengentasan kemiskinan dan pembagian kesejahteraan," katanya.

Presiden IDB, Ahmad Mohamed Ali, mengatakan bahwa penandatanganan MoU itu juga bertujuan membentuk kemitraan strategis antara dua lembaga di area keuangan syariah, termasuk akses yang lebih besar bagi kaum papa, dan kestabilan finansial di dalam negara-negara anggota lembaga tersebut.

"Kami akan melakukannya dengan memperluas basis pengetahuan sebagaimana keahlian untuk mendukung usaha negara-negara anggota dalam rangka membangun lembaga yang resilien dan mengembangkan instrumen untuk mencapai inklusi finansial yang lebih besar dan pembangunan yang berkelanjutan," ujarnya.

Aset keuangan syariah global diperkirakan meningkat secara signifikan selama tiga dekade terakhir, yaitu dari sekitar 5 miliar dolar Amerika Serikat (AS) pada akhir 1980-an menjadi lebih dari 1,2 triliun dolar AS pada 2011.(Antara/Faa)
 

Wednesday, May 2, 2012

Keuangan Islam

Tantangan Sistem Keuangan Islam *)

Jum'at, 27 April 2012 | 09:55 WIB
TEMPO.CO, Dengan beredarnya berita bahwa pemerintah Inggris akan menjual 82 persen sahamnya dalam Royal Bank of Scotland kepada pemerintah Abu Dhabi, sekali lagi ditunjukkan pengaruh sistem keuangan Islam yang semakin besar di dunia. Pengaruh ini juga merupakan ancaman sistemik terhadap sistem keuangan yang dominan di dunia saat ini.

Dari awal yang merendahkan diri pada 1990-an, sistem keuangan Islam telah berkembang menjadi industri triliunan dolar. Pasar sepakat bahwa sistem keuangan Islam mempunyai masa depan yang cerah, berkat demografi yang menguntungkan dan meningkatnya pendapatan di kalangan masyarakat muslim.

Kendati ada skeptisisme mengenai akomodasi antara sistem keuangan Islam dan sistem keuangan global, semakin banyak bank terkemuka membeli surat utang Islam dan membentuk anak perusahan yang khusus melakukan transaksi menurut sistem keuangan Islam. Undang-undang khusus telah dikeluarkan di pusat-pusat keuangan non-muslim--London, Singapura, dan Hong Kong--untuk melancarkan operasi bank-bank Islam dan lembaga-lembaga keuangan yang terkait dengannya.

Bagaimana kita harus memandang perkembangan ini dari perspektif sistem keuangan Barat dan menurut analisis ekonomi arus utama? Apakah sistem keuangan Islam benar-benar merupakan suatu sistem keuangan alternatif yang bisa diandalkan?

Bahwa pertanyaan semacam itu diajukan sekarang ini mempunyai arti yang penting. Belum begitu lama yang lalu, sistem keuangan Islam diremehkan sebagai sistem keuangan “suku bunga nol” yang bakal berujung pada pengerahan dan penggunaan dana yang tidak memadai dan tidak efisien. Ironisnya, banyak bank arus utama sekarang justru secara rutin menerapkan kebijakan semacam itu ketika memburu quantitative easingyang masif.

Ada dua prinsip sentral dalam sistem keuangan Islam: mengharamkan bunga atas transaksi keuangan, dan menerapkan standar moral yang tinggi yang harus dipatuhi baik oleh kreditor maupun debitor. Menariknya,rationale sistem suku bunga nol ini tercantum dalam Teori Umum John Maynard Keynes: “Ketentuan yang melarang riba merupakan salah satu praktek ekonomi paling tua yang pernah kita catat… Karena itu, di suatu dunia di mana tidak seorang pun dianggap aman, hampir tidak terelakkan bahwa suku bunga, kecuali dikendalikan dengan segala instrumen yang ada dalam masyarakat, bakal meningkat terlalu tinggi sehingga tidak mungkin bakal ada rangsangan yang memadai bagi masyarakat untuk berinvestasi.”

Keynes mengatakan bahwa hanya suku bunga nol atau yang sangat rendah yang bisa menjamin penyediaan lapangan kerja sepenuhnya dan distribusi yang adil. Pernyataan Keynes yang mendukung kebijakan seperti itu tidak berarti ia benar, namun analisisnya patut dianggap sebagai pernyataan yang serius.

Patut diingat bahwa, walaupun bunga diharamkan menurut sistem keuangan Islam, tidak demikian halnya dengan laba. Laba diperoleh dari berbagai pengaturan yang memadukan pendanaan dan kewirausahaan. Esensinya, ia merupakan sistem bagi laba dan bagi risiko berdasarkan sepenuhnya pada equity finance.

Sistem keuangan Islam, karena itu, bertolak belakang dengan sistem yang dominan saat ini yang didasarkan pada utang yang berbunga, di mana risiko secara teoretis dibebankan kepada debitor, tapi dalam prakteknya disosialkan, atau disesuaikan, dengan kepentingan masyarakat di saat krisis. Dalam keadaan serupa, sebagian besar ekonom sepakat bahwadebt finance berujung pada ketidakstabilan yang lebih parah daripadaequity finance.

Dari prinsip utama kedua sistem keuangan Islam ternyata bahwa, jika orang dengan teguh mematuhi persyaratan etikanya, bakal tidak timbul banyak persoalan moral hazard dalam perbankan Islam. Moral hazard ada di semua sistem di mana negara pada akhirnya menyerap risiko yang dibawa warga pribadi.

Tapi, apakah sesuatu sistem itu efisien dalam menghindari moral hazardmerupakan persoalan praktek, bukan teori. Banyak pihak sepakat bahwa, secara historis, moralitas Kristen memainkan peran penting dalam pertumbuhan kapitalisme Barat. Bagaimanapun, kapitalisme sekuler telah mengalami erosi nilai, di mana sektor keuangan telah menempatkan kepentingannya sendiri di atas kepentingan masyarakat. Jika nilai etika dalam sistem keuangan Islam--yang didasarkan pada hukum syariah--bisa selanjutnya mencegah terjadinya moral hazard dan penyalahgunaan tugas oleh lembaga-lembaga keuangan, sistem keuangan Islam terbukti bisa menjadi alternatif yang serius terhadap model derivative finance yang ada saat ini.


Lagi pula prinsip dasar sistem keuangan Islam memaksa kita untuk meninjau kembali basis etika sistem moneter modern, yang telah berkembang menjadi sistem global mata uang cadangan global berdasarkan fiat money. Di masa lalu, emas merupakan jangkar stabilitas moneter dan disiplin keuangan, walaupun emas itu sifatnya deflasioner.

Batu ujian bagi setiap sistem keuangan alternatif akhirnya bergantung pada apakah ia--atau ia bisa--lebih efisien, lebih etis, lebih stabil, dan lebih mampu beradaptasi daripada sistem yang ada sekarang. Untuk sementara ini, belum ada mata uang cadangan dan lender of the last resort Islam. Tapi dunia Islam merupakan pemilik sumber daya alam yang besar yang mendukung kegiatan perdagangan dan keuangannya.

Sementara pengaruh dunia Islam semakin besar, sistem keuangan Islam bakal menjadi pesaing yang tangguh terhadap sistem keuangan yang ada saat ini. Dunia bakal banyak diuntungkan bila kedua sistem keuangan ini dibiarkan bersaing dengan jujur dan konstruktif guna memenuhi kebutuhan masyarakat akan berbagai sistem keuangan.


*) Andrew Sheng dan Ajit Singh *)

Hak cipta: Project Syndicate
*) Andrew Sheng: Penasihat Kepala pada Komisi Regulator Perbankan Cina, Wakil Ketua Hong Kong Monetary Authority; Ajit Singh: guru besar ekonomi pada Cambridge University.

Thursday, February 2, 2012

Islamic banking flourishes in UK

Islamic banking flourishes in UK

by OnIslam & Newspapers
Source: Onislam.net


An already flourishing Islamic bank in the the United Kingdom is expanding its branches in the northern city of Yorkshire and other British cities to answer a strong demand for its Shari`ah-compliant services.
“We hope that this will give us a foothold in the Yorkshire region. We have plans to expand throughout the UK in 2012,” Imran Pasha, head of retail department at the Islamic Bank of Britain (IBB), told the Yorkshire Post on Tuesday, January 24.

“We expect a tenfold increase in business in the next three to four years. One of the key aspects of that is the agency model, where we partner with a complementary business and we use that as a springboard to go out into the target market and offer them Shari`ah-compliant products and services.”

The Islamic Bank of Britain, granted a license in August 2004, became the first Islamic bank in Britain and has continued to attract customers for mortgages.
It opened its eighth branch in the country in the office of Reeds Rains Estate agents in Dewsbury, West Yorkshire.

“The fact we’ve chosen Dewsbury to be the first agency shows the importance we attach to the West Yorkshire region,” Pasha said.
“It will allow us to access the target market in the surrounding towns and cities. We are the largest provider of Islamic retail products in the UK.
“We plan to open another five agencies across the UK this year. We will then review the performance, and if there’s demand, and the business case stacks up, we are open to suggestions of opening more outlets in the Yorkshire region,” he added.

Islam forbids Muslims from usury, receiving or paying interest on loans.
Islamic banks and finance institutions cannot receive or provide funds for anything involving alcohol, gambling, pornography, trafficking, sexual trading, tobacco, weapons or pork.
Shari`ah-compliant financing deals resemble lease-to-own arrangements, layaway plans, joint purchase and sale agreements, or partnerships.
Investors have a right to know how their funds are being used, and the sector is overseen by dedicated supervisory boards as well as the usual national regulatory authorities.

Islamic banking is one of the fastest growing financial sectors in the world.
The Shari`ah-compliant system is now being practiced in 50 countries worldwide, making it one of the fastest growing sectors in the global financial industry.
Currently, there are nearly 300 Islamic banks and financial institutions worldwide whose assets are predicted to grow to $1 trillion by 2013.

Islamic Banking

With London becoming a hub for the Islamic banking, the IBB eyes to take a share of the booming industry.
“We’re hopeful of capturing 30 to 40 per cent of the target market. Over the last seven years, we have grown from zero to 50,000 customers across the UK,” Pasha told the Yorkshire Post.
“This year we’ll be looking at re-launching our commercial property finance proposition, which will be looking at bespoke deals for the target market.”

A deepening debt crisis in the West gave Islamic banking an increasing credibility, becoming a safer and more stable alternative to conventional finance.
“The recent economic crisis has been a boon for us. We have people of different faiths, ringing us up and enquiring about how they can apply for it,” Pasha said.
“It’s about having an alternative to interest-based banking, which is fair and transparent and which also conforms to their ethical beliefs.”

The bank intends to educate its customers of all beliefs about the benefits of Islamic finance
“There’s a large group (of customers) who want to see people face to face. Traditional banks and traditional building societies have lost sight of that. We want to be a community bank,” said Simon Walker, the head of home purchase plan sales at the IBB.
“It’s about reaching out to the community through different distribution channels. One of the key pillars of our growth over the next four or five years is commercial property finance.

“The Muslim community in the UK is 2.5m people. That’s growing at a fairly rapid rate. We want to be a one-stop shop for a range of products,” Walker added.
Sohaib Bin Hamid, the bank’s Dewsbury-based business development manager, agrees.

“We have a lot of non-Muslim clients, purely because of the way that we bank. We have no toxic liabilities,” Hamid said.
“A lot of the banks are cutting thousands of jobs – we are recruiting people. We’ve seen a big downturn and we need to contribute to getting the economy back where it belongs.”

Related Stories:
  1. How the rise of Islamic banking is changing Turkey
  2. HSBC eyes Islamic Banking services for Australia
  3. Western debt crisis spurs Islamic Finance growth

Germany /Islam-Finance: Deutsche Bank awarded for its Islamic Finance business

Germany /Islam-Finance: Deutsche Bank awarded for its Islamic Finance business










BERLIN, 1 Rabi 1/24 Jan (IINA)- Deutsche Bank has won Islamic Finance news “Best Islamic Trustee/Custodian 2011” Award. In addition, Deutsche Bank received the awards for “Project Finance Deal of the Year 2011″ and “Saudi Arabia Deal of the Year 2011″ recognizing Deutsche Securities Saudi Arabia’s successful execution of Saudi Aramco Total Refining and Petrochemical Company (SATORP) Sukuk Certificates.

The awarded SATORP Sukuk was the first public project Sukuk in the Kingdom of Saudi Arabia and in the region with an innovative Sharia structure of a combination of Istisna and Ijara with Musharaka contractual overlay interposed between the two.
“We are honored to have received these awards from Islamic Finance news, as this reaffirms our dedication and focus to servicing the needs of the growing Islamic Finance market. Our expansion in Asia and MENA has fuelled impressive growth in Sukuk transactions and through our trust and custody businesses we are committed to delivering world-class solutions to our clients”, said F. Jim Della Sala, Managing Director and Global Head of Trust and Agency Services Deutsche Bank.

This is the second consecutive year that Islamic Finance news has recognized Deutsche Bank’s excellence in providing Islamic Trustee and Custody Services in their annual Global Banking Awards.
“We are very pleased to receive these awards which underline our strong commitment to Islamic Finance. The awards demonstrate our ability to adapt all types of investment products and strategies to the Sharia compliant world. The Deal of the Year Award reflects Deutsche Securities’ dedication to the Kingdom of Saudi Arabia along with its capabilities to structure complex Islamic Finance transactions”, said Ashok Aram, CEO Deutsche Bank MENA.

Deutsche Bank is a leading global investment bank with a substantial private clients franchise. Its businesses are mutually reinforcing. A leader in Germany and Europe, the bank is continuously growing in North America, Asia and key emerging markets. With more than 100,000 employees in 73 countries, Deutsche Bank offers unparalleled financial services throughout the world. The bank competes to be the leading global provider of financial solutions, creating lasting value for its clients, shareholders, people and the communities in which it operates.

AH/IINA